Adakah perbendaharaan kata yang tepat dalam bahasa/EYD/KBBI yang dapat mendeskripsikan ruang yang lain selain ruang (room)? Bahkan dalam bersastra bahasa pun saya terbatas hanya dalam ruang yang lain ini. Ini bukan soal universalitas atau apa pun yang menjadi pembenaran untuk sebuah pendeskripsian. Saya dikungkung dalam ruang yang lain itu sendiri, tanpa pemisah baik itu berupa garis, partisi masif, bidang linier atau apa pun. Langit terbentang luas, tidakkah ruang ku ruang mu? Sekarang mengertikah kamu tentang ruang itu? Saya belum. Adakah pembatasan ruang bagi kehidupan dan kematian? Bahkan penggambaran visual dalam fotografi atau sinematograf hanya menunjukkan keadaan suram dengan permainan hue , saturasi atau brightness . Sekali lagi ini bukan tentang masalah visualisasi yang mencoba mempersepsikan sebuah penciptaan manusia sendiri, dengan sebuah batasan baik itu berupa warna atau pun rona. Kematian yang sebenarnya hanya pada saat proses berpisahnya antara ruh dan raga, firm
Sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia, utamanya dalam koridor modern, tidak akan lepas dari intervensi unsur-unsur ‘luar’ dan pengaruh-pengaruh jaman dalam abstraksi yang rumit, komplek, penuh dengan koherensi, fragmentasi dan ambivalensi sekaligus. Hal ini bukan merupakan sesuatu yang asing lagi bagi sebuah negara bekas (dan masih?) jajahan seperti Indonesia. Dalam hal ini, kompleksitas yang lahir dalam dunia arsitektural di Indonesia menjadi abstrak dan klise . Kebanyakan dari masyarakat Indonesia yang konsumtif hanya menikmati kompleksitas ini dalam memaknai sebuah bentuk saja, namun melupakan salah satu khasanah kearsitekturan yang sangat penting, yaitu fungsi. Dalam Perkembangannya, arsitektur di Indonesia mulai merambah menjadi sebuah kesadaran untuk bercipta dan berkarya, namun masih hanya sebatas perancangan pragmatik yang kadang melupakan detil yang kadang menjadi jawaban keluhan para pengguna bangunan. Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat melahirkan sebua