Langsung ke konten utama

Ya ada, Ruang Spasial



Adakah perbendaharaan kata yang tepat dalam bahasa/EYD/KBBI yang dapat mendeskripsikan ruang yang lain selain ruang (room)? Bahkan dalam bersastra bahasa pun saya terbatas hanya dalam ruang yang lain ini. Ini bukan soal universalitas atau apa pun yang menjadi pembenaran untuk sebuah pendeskripsian. Saya dikungkung dalam ruang yang lain itu sendiri, tanpa pemisah baik itu berupa garis, partisi masif, bidang linier atau apa pun. Langit terbentang luas, tidakkah ruang ku ruang mu?

Sekarang mengertikah kamu tentang ruang itu?
Saya belum.

Adakah pembatasan ruang bagi kehidupan dan kematian? Bahkan penggambaran visual dalam fotografi atau sinematograf hanya menunjukkan keadaan suram dengan permainan hue, saturasi atau brightness. Sekali lagi ini bukan tentang masalah visualisasi yang mencoba mempersepsikan sebuah penciptaan manusia sendiri, dengan sebuah batasan baik itu berupa warna atau pun rona. Kematian yang sebenarnya hanya pada saat proses berpisahnya antara ruh dan raga, firmitas dan utilitas, convenience and strength, fungsi dan bentuk. Terjaga adalah tanda sebuah kehidupan. Terlelap dan kemudian bermimpi adalah sebuah proses penciptaan, dan itu bukan kematian. Dan saat setelah kematian yang disebutkan adalah proses perjalanan yang masih sebuah misteri. Siapa pun hanya tidak akan pernah tahu, kapan, dimana dan apa yang awal kali mereka berada di suatu tempat dan kejadian saat bermimpi menjajaki sebuah tempat baru. Hanya akan tersadar di tengah-tengah kejadian dan saat itu pula semua akan berakhir menjadi nyata dalam keadaan jaga. Segalanya terbentuk tanpa tahu awal dari sebuah proses, bukankah itu ruang ku, ruang mu?

Sekarang mengertikah kamu tentang ruang itu?
Saya belum.

Adakah pembentukan sebuah ruang secara iseng? Bahkan yang mereka -selain kita- ketahui untuk membentuk sebuah ruang cukup dengan membatasi karena manusia punya intuisi terhadap privasi masing-masing. Ini bukan masalah analisa atau rasional semata. Teori ergonomis atau teori-teori ruang yang lain bahkan bisa saling mematahkan. Apa yang bisa Saya lakukan hari ini selain mengonsumsi anestesi? Otak ini begitu kompleks, tidakkah ruang ku, ruang mu?

Sekarang mengertikah kamu tentang ruang itu?
Saya belum.

Adakah kita menjawab tanpa pertanyaan. Bahkan sebenarnya jawaban itu telah ada lebih dulu sebelum pertanyaan lain muncul. Mengawali sebuah frase itu seperti memulai merasakan dan bertanya : Sekarang apakah kamu sudah 'meruang'? Saya, tdak tahu.

Adakah Saya meruang dalam ruang?
Ataukah Saya sedang berfilsafat tentang ruang?
Jika Saya buntu, maka kembali ke awal.

#bacadaribawah

Komentar

Anonim mengatakan…
zero to hero, back to the basic, just trust u principelo..wuahihi

Postingan populer dari blog ini

Revolusi Matahari dan Rotasi Bumi

Perkembangan Teori Tata Surya Awal mula kelahiran teori mengenai tata surya melalui banyak perd ebatan yang melibatkan para filsu f, ilmuwan astronom hingga pemuka agama.   Bahkan perdebatan ini mulai lahir jauh sebelum dikenalkannya ilmu pengetahuan, seperti di beberapa peradaban kuno dunia seperti Mesir, Mesopotamdia, India hingga Yunani.   Kemudian terus berkembang hingga pada abad ke-13 SM seorang filosof Yunani Aristarchus dari Samos sudah menyatakan gagasan-gagasannya mengenai planet-planet yang berputar mengelilingi matahari.   Namun seiring berkembangnya gagasan tersebut tidak terlepas dari perdebatan mengenai pandangan geosentris yang menyatakan paham bahwa bumi dan manusia adalah pusat dari seluruh alam semesta, seluruh benda yang ada di jagat raya berputar mengelilingi bumi tak terkecuali matahari. Kemudian pada abad ke 8 M hingga abad ke 13 M paham mengenai geosentris dari filosof Klaudiusz Ptolemaeus berkembang dan terus dikaji oleh ilmuwan-ilmuwan di Arab salah satunya ya

Standar Pencahayaan Ruang Dalam

Sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia, utamanya dalam koridor modern, tidak akan lepas dari intervensi unsur-unsur ‘luar’ dan pengaruh-pengaruh jaman dalam abstraksi yang rumit, komplek, penuh dengan koherensi, fragmentasi dan ambivalensi sekaligus. Hal ini bukan merupakan sesuatu yang asing lagi bagi sebuah negara bekas (dan masih?) jajahan seperti Indonesia. Dalam hal ini, kompleksitas yang lahir dalam dunia arsitektural di Indonesia menjadi abstrak dan klise . Kebanyakan dari masyarakat Indonesia yang konsumtif hanya menikmati kompleksitas ini dalam memaknai sebuah bentuk saja, namun melupakan salah satu khasanah kearsitekturan yang sangat penting, yaitu fungsi. Dalam Perkembangannya, arsitektur di Indonesia mulai merambah menjadi sebuah kesadaran untuk bercipta dan berkarya, namun masih hanya sebatas perancangan pragmatik yang kadang melupakan detil yang kadang menjadi jawaban keluhan para pengguna bangunan. Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat melahirkan sebua

Dasar-dasar Warna

W arna dapat dijelaskan melalui dua perspektif berdasarkan proses terbentuknya yaitu secara fisik alami (keadaan warna itu sendiri) dan pigmentasi gelombang cahaya.   Warna dasar terbagi tiga yaitu biru merah kuning yan g lazim disebut warna primer, sedangkan turunannya jika dicampur antara kuning-biru, biru-merah dengan merah-kuning sesuai urutan hasilnya menjadi hijau, ungu, jingga, yang kemudian disebut warna sekunder.  Sc. Pinterest Kemudian jika warna primer dan sekunder dicampurkan selang-seling sesuai lingkar warna diatas akan menghasilkan warna tersier. Contoh kuning primer ditambahkan jingga sekunder menjadi jingga peach tersier. Begitu pun seterusnya hingga terbentuk lingkaran warna sempurna. Lingkaran Warna Primer, Tersier dan Sekunder Sc. ( www.publicdomainpictures.net/view-image.php?image=26890&picture=color-wheel ) Kemudian sering kita dengar istilah-istilah  pengkombinasian warna seperti  triadic , complementary,  analogous,   split-komplementer, rec